Pengalaman operasi mata ikan

Kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya mengenai mata ikan. Mata ikan merupakan salah satu penyakit kulit dimana bagian kulit yabg terkena mata ikan mengalami penebalan dan akan terasa sakit bila tertekan. Penyakit kulit ini biasanya terjadi di telapak kaki atau jari kaki. Penyebab utama adalah masalah kebersihan yang kurang terjaga atau penggunaan alas kaki yang kirang nyaman. Mata ikan yang saya derita adalah pada bagian telapak kaki sebelah kiri. Awalnya hanya satu dan tidak terlalu sakit jadi cenderung saya abaikan. Lama kelamaan kulit yang terkena mata ikan semakin menebal dan sakit untuk berjalan. Mulai saat itu saya browsing mengenai mata ikan dan cara penyembuhannya. Ada berbagai alternatif yang muncul seperti pemakaian obat tetes, plester cina bahkan ada yang dibakar dengan rokok, namun yang paling dianjurkan adalah operasi. 

Sama halnya dengan sebagian besar orang yang sudah panik saat mendengar kata operasi, saya memilih cara yang lain selain operasi. Pertama saya mencoba dengan obat tetes. Bagian kaki yang sakit ditetesi lalu ditutup dengan plester agar tidak kotor. Sudah hampir 2 minggu saya memakai obat tetes namun hasilnya kurang memuaskan. Kulit menjadi tebal dan tidak sakit untuk berjalan tapi mata ikan masih ada. Akhirnya saya gunting bagian kulit yang menebal sampai berdarah. Sakit memang, tapi saya sudah terganggu dengan penyakit ini. Hasilnya kaki perih dan mata ikan masih bertahan pada tempatnya. 

Beberapa minggu kemudian muncul lagi mata ikan di sebelah mata ikan yang pertama. Selain itu muncul beberapa titik kecil semacam cikal bakal mata ikan di lima tempat. Saya mulai panik dan akhirnya memutuskan untuk dioperasi saja. Setelah mencari waktu libur yang cukup lama, akhirnya saya ke salah satu rumah sakit di kota asal saya. Waktu itu saya berencana menggunakan askes agar biaya tidak terlalu mahal. Saat daftar, ternyata untuk memakai askes harus disertai dengan surat rujukan puskesmas. Alhasil, saya menuju ke puskesmas untuk meminta rujukan. Saat di puskesmas, pihak puskesmas terkesan agak susah untuk memberikan rujukan dan meminta untuk diperlihatkan mata ikan di kaki saya. Setelah melihatnya, pihak puskesmas menyarankan untuk dioperasi di puskesmas tersebut karena masih belum parah.

Akhirnya saya memutuskan untuk dioperasi di puskesmas tersebut. Perasaan was was dan takut campur aduk sementara menunggu giliran. Saat tiba giliran saya, setelah diperiksa mata ikannya, saya disuruh untuk tengkurap dan kemudian beberapa suntikan bius lokal disuntikkan di kaki kiri saya. Operasinya berjalan kurang lebih 20 menit dan kaki saya mendapat 3 jahitan dan 1 jahitan di tempat lain. Saat operasi berlangsung, saya bisa mendengar dan merasakan kaki saya ditarik dan digunting, namun tidak terasa sakit. Mata ikan yang dicabut masih 2 karena itu yang paling parah sementara cikal bakal yang masih kecil belum dicabut karena tersebar dan bila langsung dioperasi akan membuat saya tidak nisa berjalan. Setelah dioperasi diberikan obat anti nyeri serta obat untuk mencegah infeksi. Kaki kiri saya diperban dan dua hari setelah operasi harus dibawa ke puskesmas lagi untuk dikontrol dan diganti perban. Namun, selama dua hari tersebut kaki saya tidak boleh terkena air sama sekali. Hal ini dimaksudkan agar luka cepat kering. 

Setelah mengalami sendiri penyakit mata ikan dan mencoba berbagai pengobatan, menurut saya yang paling efektif adalah dengan operasi. Selain ditangani oleh tenaga medis yang berpengalaman dan peralatan steril, proses penyembuhannya lebih cepat dan mata ikan tidak akan tumbuh lagi. Berbeda dengan penanganan sendiri yang belum terjamin keamaman dan kesembuhannya. Namun, alangkah baiknya bila kesehatan kaki dijaga agar terhindar dari segala jenis penyakit. Semoga tulisan saya bermanfaat :)